Limbah Bonggol Jagung Menjadi Mahal? KKN Tim 1 Universitas Diponegoro Bersama Siswa-siswi SMK N 1 Kemusu, Boyolali Membuat Briket Dari Limbah Bonggol
Mahasiswa tim KKN Undip yang diterjunkan ke Kabupaten Boyolali mengajak dan memberikan pengarahan kepada siswa-siswi SMK N 1 Kemusu dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung. Siapa sangka bahwa limbah bonggol jagung yang biasanya hanya dibuang dan dibakar ternyata dapat disulap menjadi produk yang memiliki nilai jual yang tinggi.
Inovasi Mahasiswa KKN di Desa Genengsari ini adalah mengolah limbah bonggol jagung menjadi briket. Briket sendiri merupakan bahan bakar pengganti arang yang tentunya memiliki banyak keunggulan. Diantaranya memiliki nyala api yang bersih, pembakaran bertahan lebih lama, dan tentunya memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dari arang kayu biasa.
Program pengolahan limbah bonggol jagung ini didasari karena melihat banyaknya potensi pertanian jagung di Desa Genengsari. Limbah dari hasil pertaniannya sendiri kurang dimanfaatkan, sebagian besar bonggol jagung hanya dibakar di pekarangan rumah warga. Selain mengurangi limbah, program ini dilakukan untuk memberikan pandangan kepada remaja usia produktif tentang usaha briket.
Pelaksanaan program dilakukan pada tanggal 25 dan 26 Januari 2023 yang bertempat di SMK N 1 Kemusu. Program dilaksanakan dengan memberikan materi terkait briket serta mendemonstrasikan dan bersama-sama praktek membuat briket secara sederhana. Setelah memberikan materi secara lisan tim KKN pun mengajak perwakilan siswa untuk mempraktekan membuat briket dengan alat dan bahan yang sudah disiapkan oleh tim KKN.
Proses pembuatan briket sendiri tidak terlalu sulit dan menggunakan bahan yang terjangkau seperti tepung kanji sebagai perekat. Langkah pembuatan briket diawali dengan pembakaran bonggol jagung dengan syarat minim oksigen, kemudian dihaluskan sampai menjadi tepung arang dan disaring untuk mendapatkan tepung yang halus. Kemudian tepung arang dicampur dengan kanji yang sudah dimasak dan memiliki tekstur seperti lem dan dicetak kemudian dikeringkan dan siap digunakan.
Pihak sekolah sangat antusias dengan program yang dilaksanakan, Pak Bangun selaku guru pengampu mata pelajaran kewirausahaan berharap supaya ilmu ini dapat dilanjutkan oleh para siswa-siswi di masa mendatang sehingga setelah lulus dapat membuka usaha dan tidak hanya merantau ke kota.
Penulis: KKN Tim 1 Desa Genengsari